Abdi Mulia Lubis
4 min readApr 2, 2021

--

Koran Harian Analisa Medan, 24 Maret 2021.

Akal yang Mendahului Kehendak Iman

Kebebasan berpikir itu tidak memiliki batasan patokan dimana ia harus berhenti memikirkan hal-hal yang belum terpecahkan diluar perbincangan suatu agama. Kebebasan berpikir itu hadir sebagai pencerahan untuk membuka persembunyian dogma kepalsuan yang telah ratusan menipu bahkan menyelimuti agama tersebut. Kebebasan berpikir adalah gairah kehidupan yang menghidupkan inspirasi dalam berkarya dan bersuara, dimana kemanusiaan dalam satu generasi dapat berjibaku satu dengan yang lainnya dengan beragam suku dan agama bekerja sama untuk menghasilkan karya otentik yang dapat dijadikan keberkahan bagi peradaban itu sendiri.

Kebebasan berpikir adalah suatu hal yang harus ditanamkan kepada generasi milenial di masa kini. Persoalan mengenai beriman atau tidak beriman maka jalan terbaik dari pertanyaan tersebut adalah tidak memiliki iman sama sekali. Karena beriman memiliki arti memegang teguh keyakinan yang sebenarnya mustahil sebab tidak ada kebenarannya secara logis untuk diuji, lalu mempertengkarkan keyakinan iman itu dengan keyakinan iman orang lain maka terjadilah sumber penyakit dari agama berupa peperangan dikarenakan iman fiksi.

Dan sejumlah pemuka agama adalah menegakkan kebenaran dengan cara kekerasan, membenci, bahkan melaknat umat yang berbeda pemahaman dengan mereka. Beragama menjadi suatu penyakit bagi ideologi karena konsekuensinya tidak bisa melihat…

--

--