Filsafat Gagasan Bertrand Russell
Secara umum hasrat mendasar yang merangsang manusia adalah keserakahan, keangkuhan, permusuhan dan gila kekuasaan. Dalam politik misalnya, biang dari ulah manusia bersumber dari naluri tersebut. Pemimpin politik yang dapat meyakinkan massa, bahwa ia dapat memuaskan hasrat-hasrat itu mampu menyihir massa untuk percaya bahwa 2+2=5, agar kekuasaannya didukung secara mutlak. Sementara pemimpin politik yang mengabaikan hasrat-hasrat dasar itu, biasanya tidak akan mendapat dukungan dari massa. Psikologi dinamika pergerakan massa ini merupakan bagian penting dari keahlian para pemimpin politik yang sukses.
Menyekat keinginan terpendam merupakan tindakan gila, barangkali kesehatan jiwa dapat didefinisikan sebagai perpaduan dari kegilaan. Setiap hasrat yang besar memunculkan ketakutan yang mencekam berupa rasa takut akan ketidakberdayaan untuk membunuhi keinginan. Begitu pula, setiap ketakutan yang mencekam akan menciptakan mimpi buruk, yang terkadang pula berupa kecemasan yang tak berujung atau berupa teror bawah sadar atau setengah sadar yang mengekspresikan hanya dalam mimpi. Mereka yang berharap dapat mempersiapkan keseimbangan jiwa di dunia yang ganas ini harus membentuk sebuah parlemen ketakutan dalam pikirannya sendiri, yang di dalam parlemen tersebut setiap ketakutan dipilih secara acak oleh ketakutan-ketakutan lainnya.
Di tempat manapun, dapat kita temukan orang-orang yang hasrat cinta kuasanya melanglang liar dan membentuk khayalan duniawi: misalnya, seseorang membayangkan dirinya sebagai gubernur bank, sementara yang lain juga mengkhayal sebagai raja, dan bahkan yang lainnya menganggap dirinya sebagai Tuhan. Delusi-delusi semacam ini dapat melambungkan pelajar menjadi seorang “guru besar filsafat”, bila diekspresikan dalam bahasa aneh. Namun, jika diungkapkan oleh orang yang emosional dalam bahasa fasih, maka itu akan menuntunnya menjadi seorang diktator.
Orang-orang yang kasar dan brutal menikmati peperangan sebagai hal yang menyenangkan, terutama jika perang diambang kemenangan dan kecaman terhadap pemerkosaan dan perampasan tidak menggema kuat. Ini tentu menyulut keyakinan seseorang bahwa perang adalah sesuatu yang benar (UnpopularEssays, 1950:147).
Buku yang menggugah dan memprovokasi ini menawarkan beberapa karya terbaik BertrandRussell di pelbagai subjek kajian, seperti psikologi, politik, pendidikan, agama, dan etika. Lembaran-lembaran dalam buku yang luar biasa ini, secara blakblakan dan orisinal menunjukkan kejeniusan Russel dalam menguak kecurigaan, kecemasan, gila kekuasaan, kebencian, dan sikap intoleran yang bersemayam di benak masyarakat maju.
Didorong kepentingan pribadi, manusia hidup dalam jaringan sosial. Namun secara insting, ia masih cenderung untuk hidup menyendiri; karena hasrat akan religi dan moral menguatkan kepentingan pribadi itu. Dan ketika hasrat-hasrat itu dibongkar, kendali perilaku sosial akan sulit diarahkan. Orang-orang yang menggugat hasrat-hasrat itu, pada suatu ketika menemukan sebuah energi dan kekuatan baru yang bersumber dari pengekangan konflik dalam dirinya.
Walaupun hasrat tadi bisa muncul sebagai gangguan, pada akhirnya mereka tetap menikmati dengan perasaan. Sagung Tuhan- yang sebenarnya juga masih dianggap teka-teki, perasaan yang mustahil dialami orang awam. Lapisan terpendam dari sifat alami mereka menegaskan kembali siapa diri mereka sesungguhnya, kecuali jika intelektual tetap mempertahankan bahwa penegasan itu sendiri terbungkus oleh mitos. Pelaku ritual mistik telah menyatu dengan Tuhan.
Dan, dalam kontemplasinya mengenai hal tidak terhingga, mereka merasakan dirinya terbebas dari kewajiban sosial terhadap masyarakat sekitarnya. Sementara para pemberontak anarkis melakukannya dengan lebih baik: ia tidak merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, melainkan dialah Tuhan. Kebenaran dan kewajiban, yang melahirkan persetujuan kita akan permasalahan dan lingkungan sosial, tidak ada lagi dalam diri orang yang sudah menjadi Tuhan; sedangkan bagi yang lainnya; kebenaran adalah apa yang dia tetapkan dan kewajiban adalah apa yang dia perintahkan.
Bila kita dapat secara penuh hidup terpisah dan tanpa bantuan, maka kita akan secara penuh menikmati lezatnya kemandirian; tetapi karena kita tidak bisa melakukannya, maka kenikmatan itu hanya dapat dirasakan oleh orang gila dan para diktator (H.W.P., hal 681-682)
Perbedaan antara pikiran dan otak bukanlah perbedaan kualitas, melainkan perbedaan susunan. Hal ini serupa dengan perbedaan antara penataan orang-orang dalam susunan geografis dan dalam susunan alphabet, keduanya disusun dalam direktoritas kantor pos. Orang-orang yang sama disusun dalam bagian yang sama, tetapi dengan konteks yang agak berbeda. ***
Judul : Gagasan-Gagasan Bertrand Russell
Penulis: Bertrand Russell
Editor: Robert E. Egner
Penerbit: Bright Publisher
Tahun: Cetakan 1, 2017
Tebal: iv+152 halaman
ISBN: 978-602-6657-58-9
Resensi Saya "Filsafat Gagasan Bertrand Russell"
Tulisan ini pertama kali dimuat oleh koran Harian Analisa, terbit di Harian Analisa edisi Rabu, 1 November 2017. Baca epaper via web dengan mengklik tautan berikut ini : http://harian.analisadaily.com/assets/e-paper/2017-11-01/files/mobile/20.jpg
Atau membaca via web harian analisa dengan mengklik tautan berikut ini : http://harian.analisadaily.com/mobile/resensi-buku/news/filsafat-gagasan-bertrandrussell/443096/2017/11/01
Peresensi : Abdi Mulia Lubis