Konspirasi Intelijen
Apa yang terjadi di Papua serta maraknya kerusuhan lainnya adalah suatu bentuk dari permainan strategi dari negara lain yang mencoba untuk melepaskan Papua dari Indonesia dengan iming-iming Papua Merdeka, karena ada begitu banyak kekayaan alam yang melimpah di Papua yang belum diekspos ke publik maka bagaimanapun caranya Papua harus direbut dari Indonesia dengan tawaran Kemerdekaan. Kita tahu siapa yang bermain dan siapa yang memiliki kekuatan untuk merebut Papua dan ini adalah bias dari lemahnya dan kurangnya kemajuan teknologi yang kita miliki saat ini.
Dari maraknya kelemahan itu terlihat kita sebenarnya sudah mati kutu dalam arti kecanggihan teknologi baik itu senjata maupun kontrol langit Indonesia sudah kalah telak dibandingkan dengan Singapura dan Australia. Kita dikepung oleh dua Negara tersebut, hanya saja kehancuran yang dihadapi tidak secepatnya dimusnahkan di negara ini karena harus ada tahap dan proses menuju kebinasaan tersebut. Kita tentu boleh bersikap optimis, namun optimis itu haruslah dibarengi dengan kekuatan dan ketahanan yang benar-benar bisa seimbang untuk mencegah serangan intelijen dari negara super kuat saat ini.
Jika Singapura dan Australia sudah mampu mengepung dalam arti negara kita dalam cengkeraman menuju perpecahan satu persatu pulau yang akan merdeka bisa seperti Papua, Lalu Natuna, Bali, dan lainnya maka kita harus memiliki kerja sama yang kuat di bidang teknologi dan Israel adalah salah satu kunci terbaiknya dalam kerja sama tersebut dan tentunya kita harus membuka diri jangan tidak secara sembunyi lagi berdamai.
Sebagai penulis mungkin saya berusaha banyak diam di sosial media tetapi tetap berpikir penuh semaksimal mungkin di dalam kesunyian sebelum menuliskan apa yang menjadi masalah serta solusi yang terjadi dari suatu kerusuhan di negeri. Kita terjebak dari banyaknya keangkuhan merasa paling suci sehingga segala sesuatu yang disalahkan paling awal adalah kata kafir dan laknat
Dan itu menunjukkan bahwa lemahnya Indonesia saat ini adalah disebabkan dari kurangnya kerja sama penuh dari Rusia dalam pasokan senjata. Lihatlah kasih sayang Rusia kepada Iran dan Rusia yang memberikan senjata sebagai pertahanan negara. Sementara kita tidak memiliki dukungan yang cepat untuk Papua sehingga ada beberapa negara yang diam-diam mendukung referendum Papua tetapi di depan Indonesia mendukung Papua milik Indonesia.
Secara garis besar dalam hal teknologi kita harus kerja sama dengan Israel, mengenai senjata kita kerja sama dengan Rusia. Perihal dagang kita bekerja sama penuh dengan Tiongkok sehingga kita bisa menempatkan tupoksi yang selaras penuh kemajuan, di saat akan datang dan krisis serta ketimpangan bisa teratasi bila melakukan strategi tersebut.
Kita bisa belajar satu contoh yang viral di Timteng saat ini yaitu Agen Mossad dalam melakukan operasi di Timur Tengah. Besar kemungkinan adanya kibus pembocor rahasia yaitu pengungkapan penyamaran dari negara beruang yang memiliki teknologi canggih dalam membongkar rahasia sehingga banyak agen yang bernegara ganda di Timur Tengah terbongkar rahasianya.
Salah satu media berita di Inggris yang selalu menyelematkan narasumber dari cengkeraman upaya pembunuhan dan konspirasi adalah media The Guardian. Kita tahu Snowden dan masalah mengenai Cambridge Analityca yaitu sumbernya diselamatkan oleh media The Guardian yang selalu independen dalam menyelematkan informannya dalam membuka kedok kebusukan.
Kalau kita buat asumsi bahwa jika seluruh prajurit yang terbaik di seluruh Indonesia ini dikumpulkan ke Papua, dan kemungkinan besarnya prajurit itu banyak yang gagal serta gugur lalu siapakah yang bisa mempertahankan kedaulatan negara ini dari serangan musuh? Yang menjadi masalah adalah prajurit terbaik harus ada di Papua dan dikirim prajurit terbaik di seluruh Indonesia ke Papua.
Buka Pendaftaran
Salah satu solusi terbaiknya adalah TNI harus membuka banyak pendaftaran bagi anggota TNI di seluruh Indonesia dengan agenda mengurangi jumlah pengangguran dan mengurangi banyaknya prajurit terbaik yang kita takutkan akan gugur di Papua sehingga tidak ada prajurit yang menjaga di perbatasan. Dan ini penting dalam arti kebijakan negara ini tidak diatur oleh mafia di balik layar yang hanya mengejar kepentingan ekonomi semata. Ini memang persoalan yang sangat berat dan bukan berarti siapapun tidak boleh memberikan opininya karena kebebasan berekspresi itu harus tetap ada.
Siapapun kita, dan bila kita tidak mudah terjebak dari jebakan dunia viral dan mampu dalam upaya mengendalikan diri untuk tidak mudah terpengaruh oleh apapun yang menjadi kehebohan viral disosial media dan televisi maka sudah pasti ada modal jati diri pemikiran dan pemahaman tentang gejolak apa yang terjadi bukan hanya di Negara ini melainkan di seluruh dunia.
Pentingnya kita untuk mengendalikan diri untuk tidak terburu-buru dalam membagikan berita dan tidak gegabah menuliskan sesuatu di Facebook adalah kuatnya daya pikir kita dalam membaca problem yang terjadi saat ini, jangan ada yang viral lalu langsung ikut-ikutan.
Harian Analisa, Sabtu, 21 September 2019.