Literasi Memberantas Terorisme

Abdi Mulia Lubis
3 min readJun 25, 2021
Harian Analisa, 14 April 2021.

Hilangnya nalar kritis yang disebabkan oleh berlebihnya konsumsi teologis yang di diajarkan oleh pemuka agama rasis adalah awal dari lahirnya provokasi terorisme di Indonesia. Generasi milenial kini terjebak oleh hasutan pemuka agama dengan ajaran terorisme sehingga para pemuda tidak bisa berpikir kritis dan itu disebabkan karena terlalu banyak pelajaran agama yang tak bermutu diajarkan di luar sekolah. Padahal secara rasional agama sudah tidak dibutuhkan lagi di masa kini karena sains sudah memiliki kemajuan yang signifikan melampaui agama. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa ajakan untuk menuju surga dengan cara kekerasan hanya menimbulkan perpecahan yang tiada hentinya. Akar terorisme itu ada pada agama yang keras, dan sudah banyak orang yang menjadi korban karena ajaran agama yang berujung pada tindakan teroris karena ajaran agama yang tidak sesuai dengan kaidahnya.

Sampai kapan hal ini terus terjadi? Kita tidak pernah tahu, dikarenakan apa? Dikarenakan pembelajaran agama yang ada di Indonesia tidak dapat memberikan perdamaian kepada umat minoritas di Indonesia. Penyebab kenapa? Karena munculnya ustadz-ustadz viral pencari sensasi yang baru belajar agama lalu demi pengunjuk yang banyak ia mencari cara agar dakwah banyak penonton dengan dakwah kekerasan. Para pemuka agama di Indonesia tidak bisa memberikan ketenangan batin dan lebih mencari pegangan berupa sedekah semata.

--

--