Menerobos Persembunyian Etika Palsu

Abdi Mulia Lubis
3 min readJun 25, 2021
Harian Analisa, 28 April 2021

Maraknya penggunaan media sosial tanpa pengendalian kesadaran di masa kini menyebabkan kebenaran itu terlihat absurd dan bersifat sementara. Disatu sisi ada yang mengatakan hal yang buruk itu baik dan di satu sisi lainnya mengatakan yang baik itu buruk. Hilangnya konsistensi informasi yang bersifat fokus kepada satu tema menyebabkan media sosial di Indonesia dipenuhi oleh hasutan yang lahir dari nyinyir lebay yang bersifat tiba-tiba tanpa adanya analisis yang mendasar secara logika perihal sesuatu hal bisa terjadi. Ketidakmampuan dalam menganalisis informasi yang muncul di media sosial itu menyebabkan banyaknya netizen di Indonesia menganggap semua yang ada di media sosial itu baik semua. Padahal pada dasarnya netizen Indonesia mudah terperangkap pada gibah online yang tak ada manfaatnya.

Pesta perkawinan Atta Halilintar dan postingan Twitter dari mensetneg tentang pernikahan tersebut sebenarnya tanpa sadar membuat malu negara saja. Negara sebesar Indonesia Kenapa mau mengorbankan nama baiknya demi influencer yang prestasinya sebagaimana orang banyak tahu hanya membuat sensasi viral penuh settingan semata. Memang banyak uangnya tapi tidak etis bila memamerkan kekayaan di tengah orang banyak yang lagi mengalami kesusahan pada saat ini. Kenapa negara sebesar Indonesia harus menggembar-gemborkan pesta pernikahan yang tidak ada manfaatnya sama sekali bagi publik?

--

--