Abdi Mulia Lubis
4 min readFeb 29, 2020

NKRI Harga Investor

Mau dibawa kemana lagi negara ini kedepannya? Apakah kita masih tegar berharap dengan slogan NKRI Harga Mati? Adakah lagi semangat untuk mewujudkan itu semua? Masih layakkah kita berbangga dengan idealisme tersebut? Lalu apa langkah yang harus dituju kesana, siapakah pahlawan perekonomian yang akan datang selanjutnya? Yang bisa memenuhi harapan masyarakat, bukan sekedar pemuka agama ataupun Ulama yang suka menebar kebencian lalu dipuja sebagai juru selamat. Sebab negara kita membutuhkan peran nyata dari suatu pergerakan yaitu menghentikan doktrin teologi yang merusak sistem berpikir kritis masyarakat demi membangun kemajuan suatu peradaban, hilangkan segala pemaksaan yang mengatasnamakan suatu agama karena negara ini butuh sosok nyata yaitu pahlawan ekonomi bukan pemuka agama penenang menuju akhirat.

Dimanakah sosok pahlawan perekonomian itu? Haruskah kita terus menunggu harga baru turun baru bersyukur? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Bahkan sekelas menteri Sri Mulyani yang memiliki jejak terbaik hatus pontang penting berpikir jungkir balik untuk menemukan solusi terbaik bagi perekonomian bangsa Indonesia saat ini. Ketika perekonomian tidak membaik haruskah harga kebutuhan pokok dinaikkan? Jangan ada lagi bully yang memaksa, jangan ada lagi provokasi dan retorika yang menutupi segala ketimpangan ini, jangan sampai seseorang yang pandai memelintir kata bisa menebarkan fitnah bahkan mengalihkan suatu masalah menjadi masalah orang lain.

Kita adalah masyarakat yang suka meletakkan suatu kewajiban menjadi urusan orang lain dan menganggap suatu kesuksesan orang lain berkat kerja keras kita sendiri. Maka sudahilah kedunguan beragama yang kian membabi buta tersebut sebab bagaimanapun generasi harus dididik menjadi pemikir pejuang bukan seorang pejuang syariat yang sering meresahkan keberagaman di negara ini.

Anak-anak tidak bisa lagi diajari agama yang terlalu menguras banyak waktu, dan anak-anak tidak seharusnya diajak ke jalan untuk demo dengan membawa bendera tauhid karena ia memiliki kebebasan yang akan menuntunnya menuju pemikiran terbuka. Orang tua dan para senior harus mampu mengenal diri dan membaca bahwa ini bukanlah soal Agam, tinggalkanlah ajakan beragama apalagi kementerian agama yang anggarannya sangat mubazir hendaklah dibubarkan saja serta KPAI dibubarkan saja karena akan sia-sia bila negara terus mempertahankannya.

Ketika harapan tak sesuai lagi dengan kenyataan, ketika optimisme tak selaras lagi dengan daya tahan perekonomian. Lalu kemana lagi kita harus berpangku disaat keadaan ekonomi yang semakin serba sulit ini? Bahkan untuk berdoa saja pun Tuhan merasa kasihan melihat hambanya yang terus berada dalam kemunafikan. Siapapun mungkin tak bisa lagi disalahkan, jangankan berjuang untuk negara, berjuang untuk kebutuhan hidup sendiri saja susahnya bukan main. Ada yang diam dan tak peduli dan menyatakan uruslah diri sendiri dulu baru urus kehidupan orang lain, lalu bagaimana kita lagi bisa berkontribusi bila ide di bungkam dan saran tak pernah lagi didengar.

Demokrasi kini telah mati dan kekuasaan memegang peran penting, tak ada lagi yang dapat dibanggakan dari kebebasan berpendapat, bila melawan secara anarki maka senjata dengan peluru tajam akan membalas, sebab aparat memiliki tugas dan tujuan yang tak bisa lagi dilawan. Perjuangan kita telah dikunci dan rakyat tidak bisa melawan banyak maka yang kita takutkan adalah timbulnya slogan "Perang atau Mati kelaparan dibawah rezim tak berakhlak." Takut bila slogan itu akan marak dan akan timbul provokator ganda yang bisa memelintirnya.

NKRI Harga Investor

Kita merasakan bahwa tak mungkin bila hidup dalam ketimpangan yang terus-menerus terjadi di masa kini. Bahkan dalam kondisi semangat nasionalisme apapun para petinggi negara lebih memilih asetnya bergerak tak berbagi sehingga rakyat tak bisa merasakan kesejahteraan, ia yang memiliki harta berlimpah yang mampu mengurangi krisis pangan di negara ini justru lebih memikirkan bagaimana agar sahamnya naik terus menerus, ia tak berpikir bagaimana nasib tukang becak yang berpenghasilan 20 ribu perhari, bagaimana pegawai honorer, bagaimana orang yang berpenghasilan dibawah 1 juta rupiah perbulan agar bisa hidup sejahtera pada nantinya.

Uang menjadi digital, belanja yang serba online serta kemudahan lainnya tidak mungkin semakin memudahkan tentu akan ada tumbal dibalik itu semua bahwa apapun yang bisa dinikmati di dunia nyata akan menjadi sekedar fantasi dunia digital yang menjadi kecanduan. Anak-anak tidak lagi memiliki olahraga sebagai kegiatan aktifitas mental dan jiwa dan memilih game online bermain berjam-jam sebagai ibadah untuk memuaskan imajinasi fantasinya. Sensasi semakin marak dan intelektual kini tidak ada lagi artinya.

Ini menunjukkan para investor sebaiknya melihat negara ini bukan hanya untuk bagaimana menghasilkan kekayaan, tetapi bagaimana populasi penduduk yang melimpah di negeri ini bisa mendapatkan penghasilan yang cukup dan sejahtera. Inilah yang menjadi poin pentingnya NKRI Harga Mati. Yang aman di dalam kekuasaan jangan sekedar tenang sebab kenyamanan yang dimiliki akan menjadi bumerang yang menghancurkan kekuasaan itu sendiri.

Harian Analisa, 22 Februari 2020

No responses yet