Penyair Instrumental
APA yang kita rasakan saat mendengar solo gitaryang dibawakan oleh Joe Satriani adalah seperti puisi yang menjelma menjadi nada, sulit untuk menafsirkan nada tersebut menjadi sebuah kata, namun ketika mendengarnya kita merasa tersentuh bahkan hanyut pada pendalaman melodinya, seakan berada pada suatu tempat yang belum pernah dikunjungi dan nyaman. Ini bisa kita alami takkala mendengar solonya yang berjudul AlwaysWithMeAlwaysWith You.
Cobalah untuk sejenak membuka YouTube dan mendengar solo-solo gitar yang dibawa oleh Joe Satriani, anda akan terkesima bahkan tersentuh tanpa terbebani. HinggaHingga terbawa Bertahun-tahun perasaan itu menjadi terkenang dihati tak terlupa, pikiran seakan mencari tentang kenangan yang sempat terabaikan.
Seakan yang telah lampau lampau hadir kembali. Meresapi jejak perjalanan dan memberi makna pada arti kepergian dan kehilangan. Hidup boleh merasa sepi, jumlah penduduk yang ratusan juta belum tentu memberi pemahaman yang setimpal. terkadang sendiri dan mencari waktu luang untuk merenung minum kopi bisa membuat kita mudah mengenal lebih jauh untuk apa semua ini.
Dalam kesendirian telinga kita membutuhkan alunan nada melodi, bunyi-bunyian itu setidaknya memberi inspirasi bahkan petuah, itu makanya dalam acara Hitam putih piano tetap terdengar.
Jika seorang penyair merasa kehilangan ide dan inspirasi hingga kesulitan mencari pencerahan, maka dengarkanlah musik-musik instrumental Joe Satriani. Sedikit banyaknya ini dapat membantu, karena musik instrumental dapat menumbuhkan rasa yang telah lama pergi.
Setiap nada memiliki bahasa imajinasi, suatu defenisi yang belum ditemukan, karena sebuah nada yang keluar memiliki perspektif yang berbeda dari setiap penikmat, bahkan sang pencipta nada merasa tertekan jika menulis apa arti dari melodi yang ia buat.
Beethoven memiliki penjiwaan yang mendalam, dalam musiknya kita bisa memiliki persepsi yang lurus bahwa bagaimanapun inspirasi itu harus disebarkan, kita tak bisa merasa nyaman dengan inspirasi yang kita dapat, jika memiliki suatu gagasan alangkah baiknya jika gagasan tersebut dibagikan agar ia bermanfaat.
Dalam musik Andy Timmons - September, ia memiliki perasaan yang halus, lembut. Ketulusan yang meluluhkan. Kita tak bisa berpaling dari mnada tersebut. Tak kuasa menahan kerinduan sebab mengapa manusia begitu mencintai senja, senja sebagaimana perbatasan waktu dari sore menuju malam, senja dimana tempat orang banyak berkumpul di tepi pantai menyaksikan sunset. Cahaya matahari ketika senja itu sangat sedikit dan disaat itu kita ingin melepas kesibukan dari gadget.
Karena hidup harus punya
banyak perspektif
Yang tersisa dari waktu adalah makna, kita berjalan melampaui rasa ingin tahu, berbaur dan termotivasi untuk bergerak penuhi keinginan.
Kekuatan Joe Satriani terletak pada musik Cryin, saya merasa musik ini memiliki penjiwaan yang kuat, ia menyentuh sekaligus menumbuhkan rasa kasih. Kerinduan dan cinta yang teramat dalam pada puisi sangat khas dalam musik Cryin. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa Joe Satriani ialah sang penyair instrumental. Ia tahu menempatkan nada yang menyentuh hati dan tahu apa yang diinginkan pendengar, ia tahu bagaimana karyanya dapat dimengerti oleh orang banyak, sederhana namun kental makna. itu sebabnya Joe Satriani sangat dirindukan.
Menyaksikan tayangan live Joe Satriani di Paris melalui youtube menjadi tontonan yang berulang-ulang saya putar. Dalam perjalanan Rantauprapat ke Medan tak hilang Joe Satriani.
Saya banyak terinspirasi dari Joe Satriani, takkala menulis puisi ataupun menulis esai dan opini saya banyak mendengarkan instrumental Joe Satriani. Tak heran jika dari awal cita-cita saya ingin menafsirkan karya Joe Satriani.
Hujan selalu memberi ingatan tentang kasih sehingga menimbulkan rasa kerinduan yang teramat dalam. Tak bisa dipungkiri dan terelakkan karena alam memiliki bahasa inspirasi berupa fenomena baik hujan, senja, mendung, maupun ombak di pesisir. Selalu ada cara buat kita menjadi lebih teduh dalam memahami kehidupan dari alam, itu kenapa banyak orang hobytravel karena salah satunya adalah mendekatkan diri pada sang pencipta. Sebesar apapun sikap atheisme seseorang, ia akan pergi ke tepi pantai menikmati senja, mencoba memahami dan mencari arti jika ia tak mampu mengatasi permasalahan
Apa yang menjadi keresahan kita selama ini adalah terkurung pada aktifitas yang monoton, tak bisa berbuat lebih dan terpaksa melakukan kegiatan yang itu-itu saja sehingga menimbulkan kebosanan yang genting. suntuk dan tak tahu harus berbuat apa, bagaimana bisa mendapat inspirasi jika tak mampu memberi pencerahan.
Berharap inspirasi tapi tak mampu memberi gagasan. Yang terjadi adalah kita terpaku pada kritik habis-habisan hingga lupa meningkatkan potensi inovasi dalam berkarya. Menang ocehan komentar tak menjadi panutan karena orang menilai dari bermanfaatnya suatu pergerakan. Semakin lincah pergerakan semakin terpancing niat masyarakat untuk mencontoh hal-hal yang positif.
Share berita yang baik-baik, bukan share berita yang melaga-laga. Udah tahunya Indonesia kaya akan perbedaan, ya sudah saatnya kita menghormati prularitas, bukan meradikalkan suara yang terbanyaknya. Inilah salahnya kita, dipancing hoax sedikit naik tengsi minta ampun.
Dibutuhkan pendengaran intelektual untuk menafsirkan apa yang sebenarnya terbersit dibenak Joe Satriani ketika ia memetik suatu melodi. Bagaimana ia mengayun dan membawa pendengar menjelajahi romantisme penjiwaan.
Karena hidup harus punya banyak perspektif, maka membaca sudah menjadi kewajiban yang tak mesti disuruh baru orang mau membaca. Tegerak sendiri batin dan sadar akan berartinya hidup dengan banyak membaca. Membaca kata, membaca nada dan membaca fenomena yang tengah terjadi masa kini baik viral dan yang lagi trennya. Apapun itu membaca sudah menjadi ibadah intelektual.***
Tulisan ini pertama kali dimuat oleh koran Harian Analisa, Pada tanggal 6 September 2017. Baca via web dengan mengklik tautan berikut ini : http://harian.analisadaily.com/mobile/opini/news/penyair-instrumental/409512/2017/09/06
Atau membaca via epaper harian analisa dengan mengklik tautan berikut ini : http://harian.analisadaily.com/assets/e-paper/2017-09-06/files/mobile/20.jpg
Terimakasih